Selasa, 22 Juni 2010

Jumat, 04 Juni 2010

Ibuku Seorang Pembohong...

0

Iseng-iseng browsing di google dan dapet cerita ini yang saya ambil dari sebuah blog, semoga bermanfaat.

Anda masih mempunyai Ibu? Atau anda sendiri adalah seorang Ibu? Jika jawabannya “YA” maka silahkan teruskan membaca…

Memang sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang berlaku. Ibu saya memang seorang pembohong...!!!
Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catat segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.

Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak perempuan dalam sebuah keluarga miskin. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan. Ada kalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan berlaukkan ikan yang masih dibagi satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering saja merungut. Saya menangis mau makan nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu cepat membujuk. Ketika makan, ibu sering membagikan bagian nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.” – PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.

Ketika saya mulai besar ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di dekat rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk kami. Pulang dari memancing, ibu memasak gulai ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu saya memakan gulai ikan itu ibu duduk disamping kami dan lebih memilih memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang daripada bekas sisa ikan yang saya makan tadi. Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu dengan menggunakan sendok saya memberikan ikan itu kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : “Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.

Di usia awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu berjualan di warung dengan membawa sejumlah sapu lidi dan kue-kue untuk membayar uang sekolah saya dan kakak. Suatu malam pukul 2 dinihari saya terjaga dari tidur. Saya melihat ibu membuat kue dengan bercahayakan sebuah pelita di hadapannya. Saat itu saya melihat ibu sudah terlalu mengantuk. Saya berkata : “Ibu, tidurlah, esok pagi ibu harus pergi ke kebun lagi.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, ibu belum mengantuk.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.

Di saat ujian semester, ibu meminta ijin kerja supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk menghadapi ujian. Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu terus sabar menunggu saya di luar kelas. Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya terkumat-kamit berdoa kepada Tuhan agar saya lulus ujian ini dengan nilai yang cemerlang. Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan segera menyambut saya dan memberikan saya air putih yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya. Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan botol air minum saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum. Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : “Minumlah nak, ibu tak haus!!” – PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga. Ibu bekerja mengambil sayur di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah kodrat seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang pria yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan rumah kami, datang untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu. Orang-orang sering kali menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang akan menjaga dan mencarikan uang untuk kami sekeluarga. Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka. Ibu berkata : “Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu lelaki.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.

Setelah kakak saya mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak menyuruh ibu supaya beristirahat saja di rumah. Tidak perlulah lagi bersusah payah untuk mencari uang. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidup kami. Kakak yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, begitupun ibu tetap bersikeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan ibu mengirim balik uang itu dan ibu berkata : “Jangan susah-susah, ibu ada uang.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.

Setelah lulus sekolah, saya melanjutkan lagi kuliah di luar negeri. Kuliah saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan negara. Kuliah itu saya sudahi dengan nilai cemerlang, kemudian saya pun bekerja pada perusahaan yang telah membiayai kuliah saya. Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk menikmati sisa hidupnya di luar negeri. Menurut pandangan saya, ibu sudah bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, wajarlah kalau hari-hari tuanya ini ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya. Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; “Tak usahlah, ibu tak biasa tinggal di negeri orang.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.

Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin. Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Saya melihat ibu terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit setelah menjalani operasi. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman walaupun agak kaku kerana terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa siksanya penyakit itu telah memamah tubuh ibu sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus. Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : “Jangan menangis nak, ibu tak sakit.” – PEMBOHONGAN IBU YANG KELAPAN.

Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya untuk terakhir kali.

Di mana kah Ibu anda sekarang? Hubungilah dia, nyatakan kasih sayang anda padanya.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com